FOMO (Fear of Missing Out) adalah fenomena psikologis umum di pasar kripto yang menggambarkan kecemasan dan perilaku impulsif yang dialami investor saat khawatir ketinggalan reli pasar. Dalam pasar kripto yang sangat volatil, FOMO semakin intens pada saat kenaikan harga yang cepat, sering kali menyebabkan investor melakukan pembelian secara membabi buta di puncak harga dan mengabaikan analisis fundamental serta manajemen risiko. FOMO berfungsi sebagai indikator penting sentimen pasar dan menjadi konsep kunci dalam psikologi investasi.
Fear of Missing Out memberikan dampak yang signifikan pada pasar kripto, terutama terlihat pada aspek-aspek berikut:
Volatilitas Harga yang Dimperbesar: Psikologi FOMO mendorong lonjakan pesanan beli dalam waktu singkat, menyebabkan harga aset naik dengan cepat dan menciptakan efek umpan balik positif. Fenomena ini sangat jelas selama bull market Bitcoin tahun 2017 dan 2021, ketika harga berlipat ganda bahkan meningkat beberapa kali lipat dalam waktu singkat.
Lonjakan Volume Perdagangan: Selama periode FOMO, volume perdagangan di bursa biasanya mengalami pertumbuhan eksplosif, diikuti lonjakan pendaftaran pengguna baru. Misalnya, selama bull market 2021, bursa-bursa besar seperti Binance beberapa kali memecahkan rekor volume perdagangan harian, bahkan sempat melebihi $100 miliar.
Pembentukan Bubble Pasar: Sentimen FOMO yang terus menerus dapat menyebabkan harga aset sangat terlepas dari nilai intrinsiknya, membentuk bubble pasar. Baik ledakan ICO tahun 2017 maupun demam NFT tahun 2021 sebagian dipicu oleh sentimen FOMO di pasar.
Pendahulu Kebangkrutan Pasar: FOMO ekstrem biasanya muncul di puncak siklus pasar dan secara historis menjadi sinyal koreksi pasar yang akan segera terjadi. Ketika media ramai memberitakan kisah sukses orang biasa menjadi kaya mendadak dari kripto, itu sering menandakan puncak pasar jangka pendek semakin dekat.
Permainan Zero-Sum yang Semakin Intens: Investor yang terdorong oleh FOMO biasanya menjadi yang terakhir masuk ke pasar dan akhirnya menjadi "bag holder" saat harga terkoreksi, mentransfer kekayaan ke pihak yang lebih awal masuk dan keluar tepat waktu.
FOMO, sebagai fenomena psikologis yang kompleks, melibatkan berbagai faktor psikologis dalam mekanismenya:
Teori Perbandingan Sosial: Investor mengalami perasaan banding dan tak ingin ketinggalan ketika melihat orang lain mendapat untung dari kripto. Postingan dan kisah sukses di media sosial yang mempertontonkan kekayaan semakin memperkuat psikologi komparatif ini.
Mentalitas Kawanan: Manusia cenderung mengikuti kelompok, terutama di pasar yang penuh ketidakpastian. Melihat banyak investor memborong suatu aset, individu cenderung percaya bahwa mengikuti kerumunan adalah pilihan aman.
Aversion Terhadap Kerugian: Ekonomi perilaku menunjukkan bahwa orang lebih merasakan sakit akibat kerugian dibandingkan kesenangan karena keuntungan setara. Melewatkan potensi keuntungan (biaya peluang) secara psikologis dianggap sebagai kerugian nyata, sehingga memicu tindakan untuk menghindari "kerugian" tersebut.
Psikologi Kelangkaan: Ketika peluang dianggap langka dan sebentar lagi hilang, keinginan untuk membeli meningkat tajam. Istilah pemasaran seperti “kesempatan terakhir” dan “promo terbatas” memanfaatkan psikologi ini.
Mekanisme Reward Dopamin: Keuntungan dari pasar naik merangsang otak melepaskan dopamin dan menciptakan perasaan senang. Reaksi neurokimia ini membuat investor ingin mengulang pengalaman tersebut, semakin memperkuat perilaku FOMO.
Konfirmasi Bias: Investor cenderung mencari informasi yang memperkuat keyakinan yang sudah dimiliki, sembari mengabaikan bukti yang bertentangan. Dalam pasar bullish, mereka selektif fokus pada berita positif dan mengabaikan peringatan risiko.
Perilaku investasi yang didorong FOMO membawa risiko besar dan investor harus waspada terhadap tantangan utama berikut:
Risiko Membeli di Puncak: Investasi karena FOMO biasanya terjadi ketika sentimen pasar sangat tinggi dan harga sudah naik drastis. Statistik menunjukkan lebih dari 70% investor ritel yang masuk di puncak bull market 2017 dan 2021 mengalami kerugian lebih dari 50% di bear market berikutnya.
Kurangnya Due Diligence: Dalam suasana FOMO, investor sering melewati langkah riset wajib, mengabaikan fundamental proyek, latar belakang tim, dan kelayakan teknis sehingga meningkatkan risiko kegagalan investasi dan penipuan.
Perdagangan Leverage Berlebihan: Demi mengejar cuan cepat, investor yang terdorong FOMO cenderung memakai leverage tinggi dan terancam likuidasi ketika pasar berbalik arah. Pada dua koreksi pasar di Mei dan Desember 2021, Binance saja mencatat lebih dari $10 miliar likuidasi.
Perangkap Pengambilan Keputusan Emosional: FOMO bisa membuat investor sering mengubah strategi menurut fluktuasi pasar jangka pendek, bukan nilai jangka panjang, sehingga trading terlalu sering dan memperbesar kerugian akibat biaya serta berpotensi melewatkan peluang pertumbuhan jangka panjang yang riil.
Risiko Skema Ponzi: Penipu kerap memanfaatkan psikologi FOMO untuk merancang skema, menjanjikan imbal hasil tidak realistis agar menarik minat investor. Kasus seperti keruntuhan Luna/UST 2022 dan kebangkrutan bursa FTX mengandung unsur eksploitasi sentimen FOMO pasar.
Dampak Kesehatan Mental: FOMO yang terus menerus dapat menyebabkan kecemasan, stres, dan gangguan tidur bagi investor, memengaruhi kualitas hidup sehari-hari serta kemampuan mengambil keputusan, sehingga membentuk siklus yang buruk.
Investor dapat menerapkan strategi berikut untuk mengelola emosi FOMO secara efektif dan menghindari pengambilan keputusan impulsif:
Kembangkan & Patuhi Rencana Investasi: Tentukan strategi investasi, rasio alokasi aset, dan toleransi risiko di periode tenang. Saat pasar bullish memanas, patuhi rencana yang telah dibuat agar terhindar dari keputusan impulsif.
Gunakan Strategi Dollar-Cost Averaging (DCA): Sebar risiko pembelian dengan cara berinvestasi secara rutin dalam jumlah tetap, sehingga tak perlu menebak naik-turunnya pasar. Studi menunjukkan bagi kebanyakan investor, DCA Bitcoin menghasilkan return jangka panjang yang lebih baik daripada investasi sekaligus besar.
Tentukan Syarat Masuk & Keluar Jelas: Tetapkan titik beli/jual berdasarkan analisis teknikal atau fundamental, dan ambil keputusan mengikuti indikator objektif ini, bukan berdasarkan mood saat pasar emosional.
Kontrol Konsumsi Informasi: Batasi paparan berita media sosial dan informasi kripto secara moderat, terutama di periode pasar sangat bullish. Fokus berlebih pada fluktuasi pasar bisa makin memperparah emosi FOMO.
Kembangkan Pola Pikir Kontrarian: Jika media mainstream, sopir taksi, dan tukang cukur ramai membahas investasi kripto, biasanya itu tanda pasar sudah overheat. Belajarlah tetap waspada di saat pasar sangat optimis.
Buat Jurnal Trading: Catat dengan rinci alasan, ekspektasi, dan hasil setiap transaksi. Lakukan review rutin untuk mengenali pola keputusan emosional, membantu meningkatkan kesadaran diri dan kualitas keputusan investasi.
Konsultasi Profesional: Pertimbangkan konsultasi dengan penasihat keuangan atau gabung komunitas investasi rasional untuk mendapat wawasan pasar yang lebih objektif serta dukungan emosional.
FOMO (Fear of Missing Out) adalah fenomena psikologis umum di pasar kripto yang menggambarkan kecemasan dan perilaku impulsif yang dialami investor saat khawatir ketinggalan reli pasar. Dalam pasar kripto yang sangat volatil, FOMO semakin intens pada saat kenaikan harga yang cepat, sering kali menyebabkan investor melakukan pembelian secara membabi buta di puncak harga dan mengabaikan analisis fundamental serta manajemen risiko. FOMO berfungsi sebagai indikator penting sentimen pasar dan menjadi konsep kunci dalam psikologi investasi.
Bagikan